DaftarBaca Cepat tampilkan. Dalam pengertian yang sederhana, tawakal artinya “mewakilkan”, sedangkan secara lebih luas, tawakal artinya menyerahkan segala permasalahan kepada Allah swt. Dengan sepenuh hati dan berpegang teguh kepada-Nya serta tetap berusaha semaksimal mungkin sehingga tidak merasa sedih dan kecewa terhadap apa pun
TranslatePDF. BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Zuhud,Thariqah dan Manusia Modern 1. Pengertian Zuhud Secara Etimologis Dan Terminologis Zuhud secara literal berarti ‘meninggalkan’, ‘tidak tertarik’, dan ‘tidak menyukai’. Dalam Al- Qur’an, misalnya disebut pada QS Yusuf (12 ):20 seperti berikut: ִ☺ ִ $%& ,-.
Kataal-Ins dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 18 kali, masing-masing dalam 17 ayat dan 9 surat. Muhammad Al-Baqi dalam Jalaluddin (2003: 28) memaparkan al-Isn adalah homonim dari al-Jins dan al-Nufur. Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan jin, maka manusia adalah makhluk yang kasab mata.
Abstract Dalam sejarah pembaharuan Islam, Muhammad Abduh adalah salah seorang pemimpin yang penting. Pe-mikirannya meninggalkan pengaruh, tidak hanya di tanah airnya yakni Mesir dan di dunia Arab
12 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Memaparkan mengenai mistik 2. Memaparkan mengenai beragam jenis mistik dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat 3. Memaparkan mistik kaitannya dengan filsafat itu sendiri 4.
Marifatullah menurut konsep al-Ghazali adalah berupaya untuk mengenal Tuhan sedekat-dekatnya yang diawali dengan pensucian jiwa dan zikir
Ikhlasmempunyai kaitannya dengan niat.Niat merupakan keadaan atau sifat yang timbul dari dalam hati manusia yang menggerakkan atau mendorongnya untuk melaksanakan suatu pekerjaan.Oleh karena itu, niat menjadi peran penting dalam melaksanakan ibadah, maka ketika niat mendorong manusia untuk
SebenarnyaSyeikh Nawawi al-Bantani (lahir 1230 H/1814 M), adalah guru dan jauh lebih tua daripada Syeikh Abdul Hamid Kudus. pemilik syarikat cetak kitab yang terbesar di Mesir pada zaman itu. Daripada ulama-ulama tersebut, Syeikh Abdul Hamid Kudus memperoleh ijazah khusus dan umum, dan mereka pula memberikan keizinan kepada beliau mengajar
Olehkarena itu tujuan dari taujih kali ini adalah dalam rangka upaya penyegaran, peningkatan, pengokohan, dan pemeliharaan iman untuk mensyukuri ni’mat Allah sebaik-baiknya. Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh
RasulullahSAW dalam hal ini bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula dengan memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah. Dan hendaknya engkau bergembira memperoleh
ONEN. Arti dari zuhud dalam kaitannya dengan bahasa adalah? Lari Mengganggu Bergandengan tangan Diam Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah A. Lari. Dilansir dari Ensiklopedia, arti dari zuhud dalam kaitannya dengan bahasa adalah Lari. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Lari adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. Menurut saya jawaban B. Mengganggu adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban C. Bergandengan tangan adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. Diam adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah A. Lari. Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Pengertian Zuhud Pengertian Menurut Bahasa dan Istilah Al-Quran – Sahabat quran yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT. Taukah sahabat apa itu zuhud ? Saat kita mempelajari teladan kehidupan junjungan kita Rasulullah SAW, maka salah satu pelajaran penting yang beliau sampaikan adalah terkait dengan perilaku hidup zuhud. Apa arti zuhud itu sebenarnya ? Apa pula pengertian zuhud sesungguhnya dalam islam ?Mari kita lihat lebih jauh tentang zuhud. Daftar Isi1 Pengertian Zuhud2 Macam-Macam Pengertian Zuhud Menurut Pengertian Zuhud Menurut Zuhud Dalam Al-Qur’an3 Dalil Naqli tentang Zuhud4 Zuhud Tidak Harus Miskin5 Ciri-Ciri Perilaku Zuhud6 Agar Kita Bisa Berperilaku Zuhud7 Apa Zuhudnya Nabi Muhammad SAW ? Ibnul Qoyim menyebutkan definisi zuhud dan wara’ yang pernah beliau dengar dai gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ibnul Qoyim mengatakan, Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.” Dan “Wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan membahayakan bagi kehidupan di akhirat. Macam-Macam Zuhud Zuhud menurut bahasa diartikan dengan berpaling dan meninggalkan atau menyendiri, sementara kata yang juga akar kata zuhud, berarti meninggalkan mengharap/ bergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu karena suatu kehinaan baginya. Zuhud menurut istilah adalah tidak berhasrat terhadap sesuatu yang mubah walaupun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada, hal itu dilakukan untuk melatih membersihkan diri, untuk mendahulukan kepentingan orang lain dari kepentingan diri sendiri. Kemudian Ibnul Qoyim menegaskan, وهذه العبارة من أحسن ما قيل في الزهد والورع وأجمعها Pembahasan ini adalah penjelasan terbaik dan paling mewakili untuk kata zuhud dan wara’. Madarij as-Salikin, 2/10. Pengertian di atas, zuhud lebih tinggi derajatnya dibandingkan wara’, warena zuhud pasti wara’ dan tidak sebaliknya. Zuhud Dalam Al-Qur’an Para ulama mengatakan, bahwa zuhud sudah Allah jelaskan dalam al-Quran melalui ayat-ayatNya, لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ Kami jelaskan yang seperti itu supaya kamu jangan bersedih terhadap apa yang tidak kamu dapatkan, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong, lagi membanggakan diri. QS. Al-Hadid 23” Zuhud ada di hati, sehingga yang bisa menilai hanya Allah, karena itu kita tidak bisa menilai status seseorang itu zuhud ataukah tidak zuhud, hanya semata dengan melihat penampilan luar. Kekayaan dan harta yang dimiliki, bukan standar zuhud, orang bisa menjadi zuhud, walaupun Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya. Dalil Naqli tentang Zuhud Terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi sebagai berikut وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ Artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah tlah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Ayat di atas menunjukkan bahwa betapa luhurnya ajaran Islam dibanding dengan ajaran atau falsafah lain yang ada di muka bumi ini, islam menganjurkan adanya keseimbangan hidup, yaitu dengan menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk mencari kebahagiaan akhirat. Bukannya menjadikan sebagai tujuan, zuhud dengan meninggalkan dunia secara berlebihan sama tercelanya dengan mereka yang mengejar kehidupan dunia tanpa mempedulikan urusan akhirat. Zuhud Tidak Harus Miskin Apakah zuhud tidak harus miskin? Zuhud ada didalam hati sehingga yang bisa menilai seseorang itu zuhud atau tidak hanyalah Allah SWT, kita tidak bisa menilai apakah ia orang zuhud atau bukan dari tampilan luar saja. Kekayaan dan harta yang dimiliki, bukan standar zuhud. Tidak bisa di pungkiri bahwa Nabi yang Allah beri kerajaan, seperti Yusuf, Daud, atau Sulaiman, mereka adalah manusia-manusia yang sangat zuhud, bahkan Nabi Sulaiman adalah manusia terkaya di muka bumi, tetapi dia tetap berperilaku zuhud seperti firman Allah berbunyi Kami anugerahkan anak kepada Daud yang namanya Sulaiman. Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia awwab. QS. Shad 30. Ciri-Ciri Perilaku Zuhud Seorang muslim sudah sepantasnya untuk membiasakan perilaku zuhud, Zahid adalah sebutan bagi orang yang berperilaku zuhud. Berperilaku zuhud memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut Hidup sederhana, sekalipun kaya raya. Menghindari hidup berfoya-foya dan bermegah-megah. Senantiasa mengedepankan kepentingan akhirat. Sangat berhati-hati dalam memperoleh atau mencari nafkah. Tidak mudah terpengaruh dengan kesenangan duniawi. Dunia adalah ladang untuk akhirat. Agar Kita Bisa Berperilaku Zuhud Cara berperilaku zuhud antara lain sebagai berikut Yakin bahwa rizki tidak akan diambil orang lain, sehingga hati tenang dalam mencarinya. Yakin bahwa amal tidak akan diwakilkan orang lain, sehingga kita sendiri sibuk dalam mencarinya. Yakin bahwa Allah selalui mengawasi sehingga selalu taat dan takut saat berbuat maksiat. Yakin bahwa kematian akan datang sehingga sibuk menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian bisa dengan cara bersadaqah atau yang lain. Apa Zuhudnya Nabi Muhammad SAW ? Berikut beberapa sabda Rasulullah SAW tentang zuhud Perkataan Rasulullah SAW dalam hadist shahih “seumpamanya aku memiliki emas sebesar gunung uhud, tidak akan membuatku bahagia jika emas itu harus menetap ditempatku selama tiga hari, akan aku bagikan sekian dan sekian, kecuali sedikit aku gunakan untuk membayar utangku”. Allah SWT pernah menawari Rasulullah SAW dua buah gunung untuk di ubah menjadi emas dan perak, itu terjadinya sepulang Rasul dari Thaif dalam keadaan bersedih dan murung. Akan tetapi, Rasulullah menjawab, “Tidak, Tuhanku, sehari saja kenyang, aku sudah memuji-Mu, sedikit dan cukup itu lebih baik dari pada yang banyak tapi melenakan”. Ucapan Rasulullah kepada Umar saat dia masuk ke tempat Rasulullah dan menemukan Beliau tengah berbaring di atas kasur yang terbuat dari serabut. Menyaksikan itu, Umar berkata kepada beliau, “Kisra dan Kaisar tidur begini dan begitu, sementar engkau, Rasulullah, engkau hanya tidur begitu”. Rasulullah menjawab “Untuk apa bagiku dunia, Umar. Aku di dunia ini ibarat seorang penunggang yang berteduh di bawah pohon, kemudian setelah itu meninggalkannya dan pergi”. Demikian sedikit pembahasan mengenai Pengertian Zuhud Pengertian Menurut Bahasa dan Istilah Al-Quran semoga dengan adanya pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk kita semua, dan kami ucapkan Terima Kasih telah menyimak ulasan kami. Jika kalian merasa ulasan kami bermanfaat mohon untuk dishare 🙂 Baca juga artikel lainnya tentang Pengertian Seven Segment Display Cara Kerja, Jenis dan Fungsi! Pengertian 32 Bit dan 64 Bit Kelebihan, Kekurangan, Sejarah! Fungsi Ekspor dan Impor Pengertian, Tujuan dan Jenis-Jenis Barang! Pengertian Dosa Besar Macam, Cara Menghindari dan Hadis Bertaubat Pengertian Yudisium dan Wisuda Perbedaan, Pedoman, Pelaksaan
Disusun oleh Zaky Imaduddin Definisi Zuhud Berikut adalah definisi zuhud menurut pengertian bahasa dan definisi para ulama Secara bahasa – Tiada ingin kepada sesuatu dan meninggalkannya[1] زهُدَ – يزهَد – زهدًا فى الشيء Jadi, arti zuhud bila ditinjau dari pengertian bahasa adalah berpaling atau tidak ingin kepada sesuatu—bisa karena meremehkan atau menganggap sedikit sesuatu—sehingga ia meninggalkannya. Zuhud menurut pengertian ulama Ada banyak definisi zuhud yang disebutkan/diungkapkan para ulama. Namun, diantara definisi yang ada disebutkan bahwa pengertian zuhud menurut Ibnu Taimiyah yang paling sempurna dan pas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Makna zuhud yang sesuai dengan syari’at adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat, dan hatinya yakin serta percaya dengan apa yang ada di sisi Allah.”[2] Dr. Yahya bin Muhammad bin Abdullah Al-Hunaidi mengatakan bahwa pengertian zuhud yang paling sempurna dan paling tepat adalah pengertian ini. Tidak satupun diantara para ulama mendefinisikan zuhud yang mengisyaratkan pada kemiskinan sebagaimana yang dipahami oleh banyak orang yang disebutkan pada pendahuluan ini, yaitu kumuh, tidak berhubungan dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan dunia. Jadi jika melihat pengertian zuhud menurut Ibnu Taimiyah diatas, maka syarat’ seorang bisa dikatakan zuhud tidak harus miskin. Tapi beliau mengatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat—Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat adalah tidak berlebih-lebihan dalam hal-hal yang mubah[3]—dan hatinya yakin serta percaya dengan apa yang ada di sisi Allah. Pengertian ini bisa terjadi pada orang miskin juga orang kaya. Orang kaya bisa dikatakan zuhud selama kekayaan yang dimilikinya tidak membuatnya condong padanya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata “Zuhud adalah kosongnya hati dari dunia. Bukan kosongnya tangan dari dunia.”[4] Bila ada kasus, terdapat dua pedagang, satu pedagang sukses kaya menjajakan barangnya di tokoh punya toko dengan berbagai jenis barang. Dan satunya lagi pedagang miskin menjajakan barang dagangannya di emperan, hanya menjual satu jenis barang. Saat adzan berkumandang, pedangan kaya tadi langsung menutup tokonya untuk menyambut seruan adzan lantas bergegas menuju masjid. Sedangkan pedangang di emperan tadi masih asyik dengan dagangannya, tidak menghiraukan seruan adzan. Bila isyarat zuhud harus miskin, maka dari kasus diatas manakah yang patut disebut zuhud? Apakah pedagang kaya atau miskin? Imam Ibnu Rajab Al–Hanbali rahimahullah berkata ”Maksud zuhud di dunia adalah mengosongkan hati dari menyibukkan diri dengan dunia, sehingga orang itu dapat berkonsentrasi untuk mencari ridha Allah, mengenal-Nya, dekat kepada-Nya, merasa tenang dengan-Nya, dan rindu menghadap-Nya.”[5] Maka berdasarkan penjelasan beberapa ulama mengenai definisi zuhud di atas tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa zuhud tidak harus miskin. Rizki sudah diatur oleh Allah, yaitu rizki akan di dapat jika da’i mencarinya dengan berusaha dsb. Tidak mengapa memiliki harta yang banyak kaya, bahkan bila perlu dai harus kaya, dengan hartanya akan memperkuat dakwahnya. Kaya—karena pandai mencari harta—adalah potensi yang diberikan oleh Allah yang tidak boleh disia-siakan. Bukankah dengan mengatakan bahwa zuhud harus miskin merupakan wujud orang mensia-siakan potensi yang di milikinya? Dai harus memimiliki usaha agar tidak menjadi beban bagi orang lain, dengan syarat tidak membuat lalai dan condong kepadanya. Dai harus memengang ungkapan, “Letakkan dunia pada tanganmu/kantongmu dan letakkan akhirat pada hatimu.” Macam-macam Zuhud Di dalam kitab Taziyatun Nafs karya Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab dan Imam Ghazali zuhud dibagi ke dalam beberapa tingkatan, yaitu[6] Yaitu seorang berzuhud terhadap dunia tapi sebenarnya ia menginginkannya tertarik kepadanya. Hatinya condong kepadanya. Jiwanya berpaling Namun, ia memiliki usaha, bermujahadah untuk mencegahnya. Inilah yang disebut mutazahhid atau orang yang berusaha untuk zuhud. Seorang meninggalkan dunia—dalam rangka taat kepada Allah—karena ia melihatnya sebagai suatu yang hina, jika disbanding apa yang hendak ia gapai yaitu akhirat. Orang ini sadar betul bahwa ia berzuhud. Ia juga memperhitungkannya. Keadaannya sama seperti orang yang meninggalkan sekeping dirham untuk mendapatkan dua keping. Seorang berzuhud terhadap dunia dalam rangka taat kepada Allah dan dia berzuhud dalam kezuhudannya. Artinya ia melihat dirinya tidak meninggalkan sesuatu pun. Keadaan orang seperti ini ibarat seorang membuang sampah lalu mengambil mutiara. Perumpamaan lainnya, seperti sesorang yang ingin memasuki istana raja tetapi dihadang oleh seekor ajing di depan pintu gerbang. Lalu ia melemparkan sepotong roti untuk menyibukkannya. Dan dia pun masuk menemui sang raja. Maka, setan adalah anjing yang menggongong di depan pintu gerbang menuju Allah, menghalangi manusia untuk memasukinya. Padahal pintu itu terbuka, penghalang hijab-nya pun tersingkap. Dunia ini ibarat sepotong roti. Siapa yang melemparkannya agar berhasil menggapai kemuliaan sang raja, bagaimana mungkin masih meperhitungkannya? Tingkatan Zuhud Di dalam kitab Madaariju As-Saalikiin Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa zuhud itu terbagi menjadi tiga jenis[7] Zuhud yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Zuhud semacam ini adalah zuhud dengan menjauhi hal-hal yang haram. Zuhud meninggalkan hal-hal atau perkara-perkara makruh dan perkara mubah dengan berlebihan. Yaitu melebihi kebutuhan, seperti berlebihan dalam makanan dan minuman. Berlebihan dalam pakaian dan sebagainya. Meninggalkan kesibukan yang memalingkan diri dari Allah. Zuhud yang sering disalah artikan Pada pendahuluan disebutkan bahwa zuhud menerut penegrtian banyak orang adalah menjauhkan diri dengan segala yang berkaitan dengan dunia, sehingga harus miskin, tidak merasakan nikmat dunia dan sebagainya. Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa perilaku menyimpang dari sikap zuhud diantaranya yaitu mereka tidak membolehkan menyembelih hewan, seperti yang dilakukan oleh kelompok Barahimah. Selain itu, ada juga orang yang tidak menikahi perempuan karena ingin zuhud. Tidak menyebelih hewan dan tidak menikahi perempuan seperti kembanggaan bagi mereka, sehingga mereka memuji perbuatan tersebut, “Si Fulan tidak menikah dan tidak juga menyembelih hewan.”[8] Sikap seperti di atas sangat diingkari oleh Nabi Muhammad. Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada isteri-isteri Nabi tentang amalan beliau ketika sendirian. Lalu diantara mereka ada berkata, “Aku tidak akan menikahi perempuan”, yang lain berkata, “Aku tidak akan makan daging”, Kemudian hal ini sampai kepada Nabi Muhammad kemudian beliau memuji Allah dan menyucikan-Nya seraya bersabda, “Apa yang dilakukan orang itu mengatakan begini, begitu, padahal aku shalat aku juga tidur, aku puasa aku juga berbuka, akau menikahi perempuan-perempuan, aku juga makan daging. Barangsiapa membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku.” HR. Bukhari[9] Jadi, zuhud yang benar dan disyari’atkan adalah zuhud yang membawa manfaat untuk akhirat. Nabi bersabda احرص على ما ينفعك, واستعن بالله ولا تعجز “Kerjakanlah apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah.” HR. Muslim, Ibnu Majh dan Ahmad Ibnu Taimiyah berkata, “Sesuatu yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah beribadah kepada Allah dan menaati Rasul-Nya, dan setiap sesuatu yang memalingkan seseorang dari hal tersebut maka sesuatu itu membahayakan dan tidak bermanfaat. Kemudian sesuatu yang paling bermanfaat baginya adalah menjadikan setiap amalnya sebagai ibadah. Jika ia menunaikan sesuatu yang di wajibkan dan dibolehkan mubah namun yang mubah tersebut tidak membantunya untuk melakukan ketaatan, maka sesungguhnya ia telah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat atau membahayaakannya.”[10] Bersambung……… [1] Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, thn. 2009, hlm. 160 [2] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Manhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam Tazkiyatun Nufus, Bogor Pustaka At-Taqwa, hlm. 128 [3] Ibnu Taimiyah, Tazkiyah An-Nafs, terj. Muhammad Rasikh dkk, Darus Sunnah Press Jakarta, thn. 2010, hal. 365. [4] Anas Ahmad Karzun, Tazkiyatun Nafs, terj. Emiel Threeska, Akbar Media Jakarta, thn. 2010, hlm. 311 [5] Sumber Makalah Muhammad Nur Ihwan Muslim, 3 Makna Zuhud yang diambil dari kitab Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 644-646 sedikit diedit [6] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tazkiyatun Nafs, Maktabah Jedah Saudi Arabia, hal. 68, tanpa tahun. [7] Ibnu Qayyim, Madaariju As-Salikin baina Manzili Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nastain, Juz II, hal. 15-16, Maktabah Syamilah [8] Ibnu Taimiyah, Tazkiyah An-Nafs, hal. 369. [9] Ibid [10] Ibid, hlm. 370